(Cerita) Pendakian Puncak Gunung Welirang

Kali ini saya (M ilham kurniawan) ingin berbagi cerita perjalanan kami menuju puncak welirang yang ke empat. Jika pada cerita sebelumnya surowungu (Aji, Okta, Husnu) sudah bisa sampai puncak. pendakian kali ini kami berhasil menginjakan kaki yang kedua di puncak gunung welirang. Walaupun pendakian kali ini surowungu hanya bertiga (Aji, Ilham, Okta) dan dengan tambahan satu orang kawan kami, Ghali, tapi pendakian tetap dilakukan. Sebenarnya naik gunung buat kami bukan sekadar mencari kesenangan, tapi juga melatih fisik dan mental, alias ‘kudu siap loro kabeh, cak!’. Di sinilah kisah kami berawal.

Saat itu kami kembali mengendarai motor untuk menuju perijinan sebelum ke welirang. Kami berangkat dari Surabaya pukul 02.00 dengan niat di hari ini kami bisa mencapai pondokan. Apabila kita menggunakan komuter dari Surabaya menuju porong cukup ribet dan lebih mahal. Harga kereta saja sudah Rp.4000, lalu kita harus naik kol 2x rata-rata harganya Rp.7000. Apabila bensin hanya dengan ±Rp.15000 sudah bisa pulang pergi.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam setengah kami tiba di pos perijinan. Setelah sampai , lalu ghali pergi ke warung. Ghali sarapan terlebih dulu. Harga sarapannya benar-benar memukau untuk sebungkus nasi pecel, harganya Rp.10000 gan untuk satu bungkus nasi. sebelum memulai pendakian kami sholat shubuh di tempat pos pendakian karena musholla sedang di renovasi.

Pada pukul 04.40, pendakian yang direncanakan untuk dua hari pun dimulai. Meskipun gelap, dan dingin masih menusuk tulang, tak gentar rasanya kami mendaki gunung yang kerap kami kunjungi ini. Rasa lelah belum muncul di antara kami. Keringat pun belum menetes deras karena angin terus mengalir semilir di sepanjang pendakian kali ini. Dalam waktu ±15 menit kami sudah sampai pet bocor atau warung MAK. Kami istirahat tak berlama-lama di sana, kemudian berangkat menuju Kokopan.

Tak terasa pada jam 05.30 kami tiba di tempat yang biasa kami sebut shelter. Kamipun bergantian untuk sedikit menjepret-jepret di sana sembari beristirahat sejenak. Aji dengan ‘style’ yang tidak untuk naik gunung dengan kemeja kebanggaannya (Aji, dengan kemeja kebanggaannya, terlihat tidak seperti akan naik gunung). He is more like ‘Budi Do Re Mi’ with that style. Setelah berfoto bersama duplikat ‘Budi Do Re Mi’ dan beberapa waktu lagi kami melanjutkan perjalanan.

Tak terasa jam 06.35 kami sudah sampai di pos 1. tempat kami membuat sarapan untuk pagi ini biasa disebut Kokopan. pendakian kali ini mundur dari rekor sebelumnya, yaitu 2 jam sejak dari perizinan hingga pos 1. Mungkin karena angin bertiup kencang, dan tak bersahabat. Di sana kami duduk sembari beristirahat di warung yang ada di Kokopan. Tak lama setelah itu perut saya dan Okta mulai berteriak meminta makan . Kami berinisiatif untuk memasak di belakang warung. Tapi tetap si ‘Budi Do Re Mi’ meminta foto terus (eksis… eksis…) . Pemandangan di Kokopan ini sangat bagus apalagi gunung Penanggungan terlihat jelas sangat indah.

Cukup lama kami beristirahat di Kokopan. Tepat pukul 07.35 kami melanjutkan pendakian menuju pos kedua, yaitu pondokan, tempat di mana para penambang belerang tinggal. Belum sampai pondokan, kami telah disambut oleh hujan. Rasa dingin mulai menyelimuti. Ponco kami keluarkan agar melindungi air hujan yang membasahi tubuh kami. Tak pantang menyerah kami segera menyelesaikan perjalanan ini.

Pukul 11.00 kami sampai di pondokan. Trek yang panjang dan curam ini sangat melelahkan. Sejenak kami berteduh di bawah rumah yang tak beratap kemudian kami memakai jas hujan untuk atapnya. Setelah hujan mereda, kami akan mendirikan tenda. Tapi lama kami tunggu, hujan tak kunjung reda sedangkan kami sudah kedinginan. Saya dan Aji berniat mencari tempat yang pas untuk bermalam. Akhirnya setelah menemukan tempat yang pasnya, kami segera mendirikan tenda dibantu Ghali, sedangkan Okta menjaga tas kami di tempat sebelumnya.

Setelah tenda berdiri, kami langsung masuk ke dalam tenda. Hingga pukul 4 sore hujan belum juga berhenti. Sambil mengganjal perut yang lapar, kami makan mie yang diremuk-remuk dan sebungkus sereal tanpa air. Rasa menggigil karena dinginpun mulai terasa. Tetapi menurut teman kami di musim penghujan udara tidak begitu dingin bila dibandingkan dengan musim kemarau.

Akhirnya sekitar pukul 03.00, hujanpun reda. Karena kami mulai lapar, kami memutuskan akan memasak. Saya dan Okta bertugas mengambil air sedangkan Aji dan Ghali bertugas memasak air untuk mie dan tiga bungkus bubur. Dengan lahap kami makan (modus kelaparan, harap maklum). Setelah makan kami tidur kembali hingga jam setengah enam. Kemudian Aji, Okta, dan saya keluar untuk mengambil foto. Sembari itu kami mencari kawan sesama pecinta alam yang bersedia kami titipi tas karena kami berniat mencapai puncak. Rata-rata mereka semua akan turun atau mereka juga akan mendaki menuju puncak.

Tak terasa pukul setengah 7 telah datang, kami packing semua barang untuk dibawa ke puncak welirang. Setelah satu jam membereskan barang-barang, kami langsung berangkat menuju puncak tepat pukul 07.30.

Kami menuju puncak bayangan tanpa melewati jalur penambang. Pemandangan yang sangat bagus akan kita temui jika kita melewati puncak bayangan, walaupun dengan jalan yang lumayan ekstrim. Di perjalanan kami mengudap buah-buahan(agak masam rasanya), dedaunan yang bisa di makan alias sedang survival. Tetapi semua terbayar dengan pemandangan yang sangat bagus. Tak terasa pada jam 10.35 kami mencapai puncak welirang (Alhamdulillah).

Jam tangan saya sudah menunjukkan pukul 11.25 alangkah cepatnya waktu berlalu. Sesuai jadwal, kami harus turun dari puncak yang sangat indah ini. Kamipun mulai menuruni puncak welirang. Di tengah perjalanan, kami merasa lapar. Kemudian memutuskan makan di tengah perjalanan (di daerah puncak bayangan yang sangat sepi di lalui pendaki) . Tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju pondokan untuk mengambil air.

Sampai di pondokan pukul 13.25, kami langsung mengambil air di sumber mata air yang letaknya di bawah (semak-semak?). (Lokasi mata air di sini lebih sukar dilihat), beda dari mata air di kokopan yang langsung terlihat ketika melintas. Setelah 10 menit beristirahat kami melanjutkan perjalanan dengan track (trek) panjang dan curam. Let’s go brother .

Kaki terasa sangat lemas untuk melanjutkan perjalanan panjang ini. Awanpun mulai menitikkan butiran airnya. Pada pukul 15.45 kami sampai di kokopan. Di sana, kami duduk dan minum teh di warung. Air teh yang memberi semangat lagi pada kami untuk melanjutkan perjalanan. Setelah 15 menit beristirahat kami melanjutkan perjalanan menuju shelter. Saya dan Okta melesat mendahului Aji dan Ghali. Setengah jam kami telah sampai di shelter . 5 menit kami beristirahat, kemudian melanjutkan perjalanan meski Aji dan Ghali baru terlihat sampai di shelter. Dan kami berlari lagi dengan tetap berhati-hati jika tidak ingin cidera. Percuma cepat tapi cidera. Ya gak ?. Alhamdulillah kami aman tiba di tujuan.

Pas jam 17.00 kami tiba di pet bocor. Di sana kami beristirahat sejenak sembari menunggu Aji dan Ghali. Tak lama kemudian mereka datang. Benar-benar melelahkan pendakian kali ini. Setelah lama beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju perijinan. Trek terakhir ini melelahkan karena sangat curam dan kaki kami mulai lemas. Sampai di perijinan pada pukul 18.10, kami langsung bersiap-siap untuk pulang dan makan di warung soto di sidoarjo . Laper broo !!

demikianlah pengalaman kami. Terima kasih buat semua sahabat yang telah ingin membaca sekelumit cerita kami ini. Jangan bosan ya baca cerita kami. Kritik dan saran saya tunggu. Thanks for blogger :)

buat picturenya lihat di link ini

Related Posts



cerita tips kesehatan